Saturday, April 30, 2016

New Zealand Cuisine Experience - Dharmawangsa Hotel

Seminggu yang lalu saya mendapat undangan untuk menghadiri acara New Zealand Cuisine Experience yang diadakan oleh New Zealand Trade and Enterprise. Pada acara kali ini, NZTE bekerjasama dengan The Dharmawangsa Hotel dan Chef Jethro Vincent untuk menggelar event mereka yang berlangsung selama beberapa hari. Saya dan beberapa teman foodies cukup beruntung bisa berpartisipasi dalam acara ini karena kami dapat menyaksikan Chef Jethro Vincent yang piawai mengolah aneka bahan makanan New Zealand menjadi masakan yang tidak hanya cantik dilihat namun juga lezat.


“Siapa sih Chef Jethro? Nggak pernah dengar deh..” Memang Chef Jethro yang juga berasal dari negeri Kiwi ini tidak banyak mondar mandir di TV, wajar saja tidak banyak yang mengenalinya. Tapi untuk foodies yang sering pergi ke Bali pastinya sudah tidak asing lagi dengan Sisterfields kan?


Yap, Chef Jethro merupakan Executive Chef sekaligus creator menu-menu dari restoran yang nyaris tidak pernah sepi antrian ini. Saya sendiri sudah beberapa kali berkunjung ke Sisterields dan tidak pernah kecewa dengan menu-menu yang saya cicipi. Itulah juga kenapa saya antusias datang ke event ini, kapan lagi melihat Chef Jethro memasak secara langsung di depan mata?

Goats Cheese Beignet with Manuka Honey and Rosemary


Beignet adalah salah satu pastry yang mirip dengan adonan kue sus. Hanya saja Beignet biasanya dimasak dengan cara deep fried, bukan dipanggang. Untuk fillingnya Chef Jethro memadukan goat cheese yang lembut dengan taburan rosemary & Manuka Honey di atasnya.
 
 
Foie Gras and Quince Paste Cigar with Bread Butter and Ash


Foie Gras yang gurih berpadu dengan cream lembut dan quince paste (semacam jelly yang terbuat dari buah quince). Agar lebih menarik, makanan ini disajikan dalam bentuk seperti cerutu, lengkap dengan asbak sebagai pengganti piringnya.
 
Smoked Mackerel Parfait with Nasturtium Pod Capers, Leaf and Tomato Essence


One of my favorite! Parfait yang terbuat dari smoked mackerel ini memiliki tekstur jellyfish yang super lembut. Sekilas rasanya mengingatkan akan Chawan Mushi, namun dengan rasa gurih ikan asap yang cukup kuat namun memberikan aftertaste segar di lidah sesudah menyantapnya.
 
Enough for the Canape! Let’s go into the real deal.
 
Asian Style Beef Tartar with Quails Egg Yolk, Candied Chili, Corriander and Crispy Kumera Sweet Potato
Wine : Babich Hawkes Bay Chardonnay



Untuk orang Indonesia, tentunya mengkonsumsi daging mentah masih dianggap kurang higienis sehingga tidak baik untuk kesehatan. Padahal, menurut Tim Anderson, Komisioner Perdagangan New Zealand untuk Indonesia, jika dagingnya menggunakan daging yang baik dan berkualitas maka rasanya akan lebih enak dibanding daging yang dimasak terlalu matang dengan banyak bumbu.
 

Chef Jethro menggunakan daging has dalam dari New Zealand yang tidak berlemak. Setelah daging dicincang kasar, kemudian diberi bumbu dan saus yang ringan karena inti dari beef tartar adalah merasakan rasa asli dari dagingnya itu sendiri. Beef tartar disajikan dengan kuning telur puyuh mentah yang ditaruh di bagian atasnya. Saya memang sedang hamil dan sebisa mungkin mengurangi makanan mentah, tapi sepertinya justru bayi saya ingin mencicipi menu yang rasa-rasanya tidak akan saya masak sendiri di rumah ini.
 
So for the sake of my baby, saya mencicipi Asian Beef Tartar yang ternyata rasanya omg lezat! Tidak ada baroma daging mentah yang tercium, saya bisa merasakan tekstur daging yang empuk dan super juicy. Kuning telur mentah di atasnya menambah sensasi creamy nan gurih sehingga rasanya tidak ingin berhenti menyuap.
 

Confit Lamb Shoulder with Caramelised Onion Consomme, Pea Pannacotta, Crouton, Feta & Blood Vein Sorrel
Wine : Babich Marlborough Pinot Noir


Ok, hands down. Confit lamb ala Chef Jethro ini sungguh sungguh enak.
Confit lamb shouldernya terasa sangat lembut dengan pinggiran luar yang crunchy. Meskipun dilumuri oleh garam, namun asinnya tidak overpowering, justru rasa asin yang meresap membuat rasa dagingnya semakin memikat. Sebagai side dishnya, Chef Jethro membuat Pannacotta yang terbuat dari kacang polong.Teksturnya lembut menyerupai mousse dengan rasa kacang yang ringan gurih. Sepiring hidangan ini disajikan dengan Caramelised Onion Consomme yang bening dan segar.
 
 
“Banoffee Pie” Caramelized Banana with Vanilla Chantily Cream, Dulce de Leche, Fried Pastry Crumbs and Banana Wafer
Wine : Babich Malborough Pinot Gris
 

Sebagai dessertnya, Chef Jethro menyajikan seporsi descontructed “Banoffee Pie”. Meskipun terlihat simple, namun dessert ini juga menggunakan banyak elemen dan berbagai macam proses pembuatan sehingga menghasilkan dessert dengan paduan rasa dan tekstur yang apik. A little bit of creamy from the chantily cream, a little bit of crunchy form the crumbs with the sweetness from the dulce de leche and of course the almighty banana! You can never go wrong with banana, eh?


Sebelum kami pulang, Chef Jethro masih menyuguhkan hidangan kecil untuk menemani teh dan kopi yang disajikan. Menggunakan bahan dasar dark chocolate dari Whittaker’s, Chef Jethro memadukannya dengan passion fruit. Ketika digigit, pekatnya dark chocolate diimbangi oleh asam segarnya passion fruit. Terasa pula samar-samar rasa asin di lidah ketika coklat mulai lumer di dalam mulut. Untuk paduan rasa dan bahan masakan khas New Zealand yang lezat siang itu, Chef Jethro was really really flawless at it. Thank you NZTE & Chef Jethro!
 
 
----------------------------------------
Dari beberapa produk-produk khas New Zealand yang saya lihat siang itu, jika ditanya apa masakan yang ingin dibuat menggunakan bahan-bahan tersebut, saya akan menjawab French Toast! Terbayang di otak saya menggunakan roti sourdough yang diolesi dengan cream cheese Anchor, potongan coklat Whittaker’s and irisan strawberry segar. Don’t forget to drizzle it with Manuka Honey for the extra yumm. :)