Thursday, May 28, 2015

Warung Turki by Turkuaz

Yang tinggal di Jakarta pasti sudah tidak asing lagi dengan Turkuaz. Restoran yang menyediakan hidangan khas Turki dan timur tengah ini baru saja membuka restoran terbarunya yang diberi nama Warung Turki. Warung Turki terletak di Jl. Kemang Raya, bersebelahan dengan Queens Head dan Salon Talents. Mencari lokasinya cukup tricky karena belum ada plang/ signboard di pinggir jalan, hanya ada semacam spanduk besar yang tidak terlalu terlihat dari jalan raya.

Sunday, May 24, 2015

Honey Creme Jakarta

Sudah setahun belakangan ini popularitas Korean soft cream memang tengah menanjak naik. Bedanya dengan ice cream biasa adalah bahwa Korean soft cream ini memiliki tekstur yang lebih lembut dibanding dengan ice cream, varian rasanya biasanya tidak banyak, namun kreasinya lebih menekankan ke penggunaan topping yang bermacam-macam.


Honey Creme yang telah lebih dulu dikenal di Taiwan, Hongkong dan Singapore ini akhirnya membuka outlet pertamanya di Jakarta yang bertempat di Pondok Indah Mall. Saya yang belum pernah mencobanya di Singapore (saya dengar antriannya selalu panjang) akhirnya penasaran dan mencobanya. Honey Creme menyajikan aneka kreasi yang menggunakan soft cream




Seperti yang saya bilang di awal tadi, Honey Creme adalah salah satu yang tidak menyediakan pilihan rasa untuk soft cream, hanya ada satu rasa yaitu original dengan berbagai macam topping dan dua cara penyajian, dengan cup atau cone yang berwarna warni. Oh ya, meskipun hanya menjual soft cream, Honey Creme memiliki tempat bersantap jika tidak ingin menikmati soft cream mereka sambil berjalan. 

Saya mencicipi beberapa macam soft cream yang disajikan oleh Honey Creme, termasuk menu best seller mereka yaitu soft cream menggunakan organic honeycomb (sarang lebah) asli.

Cup with Honey Comb (49K)


Sometimes, the more simple, the better. Sebagai menu best seller, sebenarnya menu ini terlihat lebih biasa dibandingkan menu lain yang menggunakan mixed grains sampai caramel popcorn. Tekstur soft creamnya sangat lembut dan tidak terlalu manis atau milky. Dari yang saya amati, soft cream Honey Creme tidak terlalu cepat meleleh. Semuanya terasa pas dipadu dengan potongan honeycomb di salah satu sisinya. 


For all the sweet toothers, their honeycomb must be the most favourite part. It's rich, sweet with all the crunchiness and melts in your mouth sensation at the same time as you bite into it.
Khusus untuk pemesanan Honey Comb dan Caramel Pop Corn, pengunjung bisa menambah ekstra topping dengan membayar 10K untuk honeycomb dan 12K untuk Caramel Pop Corn.


Cone with Mixed Grains (52K)


Selain Cup, Honey Creme juga mneyediakan cone berwarna warni yang cukup menarik perhatian. Saya memesan Soft Cream Cone with Mixed Grains. Es krim dilumuri oleh semacam serbuk yang terbuat dari campuran kacang kedelai, beras merah, flax seeds, ketan hitam and pearl barley. I love the slightly sweet with a hint of nutty taste from the mixed grains. Sooo tasty!
Tapi untuk mencoba varian mixed grains ini sebaiknya pesan dalam bentuk cup, karena cone mixed grains makannya agak ribet. Tiap disendok serbuknya jatuh ke tangan, baju, celana bahkan ke tas saya. (Apa saya yang jorok ya ini?)
 
Cup Cotton Candy Affogato (53K)



Affogato adalah sajian es krim favorit saya, jadi saya mencicipi Cotton Candy Affogato mereka yang penyajiannya unik. Affogato disajikan dalam cup dan di bagian atasnya diberi organic cotton candy yang ditaburi sedikit rock salt. Rasa kopinya cukup balance dipadukan dengan soft cream yang juga tidak terlalu manis. Saat Cotton Candynya meleleh dan jatuh ke affogato teksturnya menyerupai honeycomb yang manis dan sedikit renyah. 

Honey Creme yang baru berumur dua hari ini patut dicoba, khususnya bagi para pecinta es krim. Korean soft creamnya yang dingin dan lembut serta honeycomb yang legit menjadi pilihan yang cocok untuk pencuci mulut ataupun cemilan saat sedang berkeliling di mall. Meskipun akan tetap ada sebagian orang yang juga akan tetap lebih memilih untuk kembali ke sundae M*D atau B* yang harganya lebih terjangkau untuk seporsi es krim pencuci mulut.
Good luck, Honey Creme!




HONEY CREME 
South Skywalk 2F Pondok Indah Mall
Jl. Metro Pondok Indah Blok 3 B Jakarta Selatan

Wednesday, May 20, 2015

Ambon - Sawai - Ora (Part 1)

Belum pernah sekalipun saya menginjakkan kaki di Indonesia Timur. Paling jauh saya pernah ke Manado dan Makasar, atau Bali di bagian selatannya. Oleh karena itu, ketika keindahan Ora mulai banyak bermunculan di social media, saya langsung meracuni beberapa teman untuk pergi bersama saya. Trip kali ini memang sudah dirancang dari setengah tahun sebelumnya, saya dan beberapa teman menabung & membeli tiket pesawat sejak jauh-jauh hari demi bisa mewujudkan mimpi melihat bumi Maluku secara langsung. 
Katanya sih Maldivesnya Indonesia...

Jika tujuan utamanya adalah Ora Eco Resort, maka mencapainya tidak sulit karena Ora menyediakan paket tur yang sudah termasuk biaya transport dari Bandara Pattimura – Ora Resort PP, makan 3x sehari, snack 1 x sehari, room, dan tur ke daerah wisata sekeliling Ora Resort.
Namun berhubung saya kemarin ingin sedikit berkeliling di Ambon & Sawai, jadilah saya mengatur sendiri trip 5D4N ini agar hemat dan efisien ala backpacker dengan sebisa mungkin tidak mengurangi kenyamanan kami berempat. (banyak maunya ya?! :P)
 
Barang bawaan wajib :

-          Baju Renang (bikini atau two piece memang cantik untuk foto eksis, tp untuk kostum snorkeling apalagi diving, lebih baik bawa yang panjang untuk meminimalisir sunburn dan hitam)
-          Sunblock dengan SPF maksimal & after sun lotion (saya pakai sunblock 110 SPF selama 2 hari snorkeling berturut2 dan harus pasrah tetap pulang dengan kulit coklat eksotis. FYI, jika sedang musim panas, di daerah Ambon suhunya bisa mencapai 37 derajat celcius!)
-          Alat snorkeling (jika punya)
-          Tumbler/tempat minum sendiri untuk dibawa saat tur/ snorkeling (air mineral tinggal isi di Resort)
-          Plastik/waterproof bag, berguna untuk wadah gadget dan kamera ketika hujan tiba-tiba.
-          Multi stop kontak, berhubung di Ora dan Sawai PLN belum masuk, jadi listrik Cuma ada dari jam 18.00 – 06.00.
-          Yang gampang lapar, bawalah cemilan sendiri karena di Ora tidak ada warung yang menjual makanan/snack/minuman.
-          Kamera underwater (bakal nyesel kalau sampai nggak bawa!)
 
Day 1
JAKARTA - AMBON
 
Saya berangkat dengan flight jam 08.00 WIB pagi dan tiba di Bandara Pattimura, Ambon pada pukul 14.00 WIT (perbedaan waktu 2 jam dari Jakarta). Di Ambon tidak ada taksi, namun jika ingin menuju kota dapat menggunakan angkot ataupun mobil carteran yang bisa didapat dengan mudah saat keluar dari pintu kedatangan. Dari teman saya tahu jika tarif mobil carter ke Pelabuhan Tulehu berkisar antara 150K – 200K sekali jalan. Saya beruntung karena punya kenalan, jadi kami dijemput di Bandara untuk diantar sampai ke pusat kota.

Kota Ambon yang berbukit-bukit

Perjalanan Bandara ke pusat kota memakan waktu kurang lebih 1 jam. Ketika melewati Pantai Natsepa, saya memutuskan untuk berhenti sejenak sambil mencicipi rujak Natsepa yang tersohor itu. 

Best rujak I've ever tasted!


Uniknya, selain buah-buahan rujak Natsepa juga memakai ubi merah dan ketimun. Bumbu kacangnya memang beda. Kacang tanah sengaja tidak digerus halus, menyisakan tekstur kasar kacang yang berpadu dengan legitnya gula merah khas Ambon. Samar-samar rasa pedas dari campuran cabai terasa saat rujak dikunyah. Sungguh nikmat, apalagi ditemani dengan pemandangan pantai Natsepa yang airnya sangat jernih.


Tips : jangan lupa untuk mencoba Gandaria, salah satu buah yang langka di Jakarta ini banyak dijual di pinggiran jalan. Rasanya segar, seperti campuran antara mangga dan jeruk.
 
Sesampainya di kota, saya berhenti di Beta Ruma, salah satu restoran yang menjual aneka makanan khas Ambon. Kami memesan ikan bakar, sambal colo-colo, kohu-kohu, papeda dan kuah kuning. Rasanya luar biasa enak!
Ikannya besar dan segar dengan aroma yang khas. Rahasianya adalah selama proses grilled/bakar, ikan tidak boleh dikipasi sehingga aromanya meresap ke dalam daging. Papeda dihidangkan dengan mangkuk tanah liat yang bernama “bale papeda” dan gata-gata (sepasang kayu panjang untuk menggulung papeda). 

Ikannya segar, kohu-kohunya segar, papedanya juga unik. Recommended bangetlah ini!

Ikan kuah kuning biasanya menjadi pendamping lauk papeda, namun karena sudah ada ikan bakar, maka saya hanya minta kuah kuningnya yang asam segar.  Kohu-kohu adalah favorit saya, sayuran mirip urap dengan suwiran ikan asap ini sukses membuat saya dan teman-teman jatuh cinta. Di berbagai pelosok ambon, Kohu-Kohu disajikan dengan berbagai variasi, mulai menggunakan ikan mentah sampai bia/kima (sejenis kerang laut). Sayangnya si kohu-kohu ini sudah semakin langka, sulit untuk menemukannya meski di Ambon sekalipun.

Patung Martha yang menghadap ke kota Ambon. Epic!
 
Puas menikmati makan siang, kami bertolak ke Monumen Christina Marta Tiahahu yang terletak di dataran tinggi. Dari sanalah spot terbaik sunset kota Ambon dapat dinikmati. Siluet Marta Tiahahu seolah sedang mengawasi dan menjaga kota di pesisir laut yang pernah ternodai oleh konflik agama beberapa tahun silam.

Sunsetnya tsantik!

Kemudian saya mampir menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh. Pusat oleh-oleh di kota Ambon yang terkenal adalah Petak 10, namun karena kemarin saya mencari lokasi yang terdekat maka saya mampir ke Cahaya Liembers di Jl. WR Supratman. Disini tersedia aneka macam buah tangan yang cukup beragam, mulai dari aneka kue sagu, minyak kayu putih hingga kaos bertuliskan bahasa daerah yang lucu-lucu, harga makanan berkisar dari 10 - 40K.
 
Di pusat kota terdapat banyak tempat menginap, yang terbagus adalah Swiss Belhotel di jalan Benteng Kapaha. Namun jika budget terbatas, banyak pula guest house dengan harga terjangkau, seperti Victoria Guest House yang terletak dekat dengan Lapangan Merdeka dapat disewa dengan harga mulai dari 200K/malam. FYI, di Lapangan Merdeka inilah tempat Patung Patimura dan Gong Perdamaian Dunia diletakkan.

Salah satu pemandangan di pusat kota Ambon, depan lapangan Merdeka


Setelah itu, saya melanjutkan jalan-jalan kami ke kedai kopi khas Ambon. Terdapat banyak tempat menikmati kopi di kota ini, namun beberapa yang terkenal adalah Kopi Tradisi Joas, Sibu-Sibu dan Maples Café. 
Uniknya hampir selalu tersedia live music di setiap kafe. Para pengunjung dapat menyumbangkan suara sembari menikmati panasnya kopi khas Ambon. Memang darah timur Indonesia dikenal memiliki kelebihan dalam hal tarik suara, terlebih di Ambon yang dijuluki The City of Music. Jangan heran pula saat naik angkot disini, suara musik akan disetel maksimal sehingga dentaman music angkot akan terdengar jelas bagi siapapun yang dilewatinya.
Saya bertandang ke Sibu-Sibu yang buka hingga larut malam. Tempatnya tidak besar namun cukup menarik perhatian karena seluruh dindingnya berisi aneka gambar penyanyi & artis berdarah Ambon.


Pisang coklat dan Kasbi Tone yang rasanya mirip getuk tapi tidak manis. Enak!

Tips : coba pesan Kopi Sibu-Sibu (kopi + susu kental manis + kacang kenari) atau Kopi Rarobang (kopi hitam dengan campuran rempah & kacang kenari) untuk rasa kopi yang lebih kuat. Terdapat pula aneka jajanan tradisional ambon yang unik di Sibu-Sibu.
 
Belum puas dengan kopi, kami menyusuri salah satu pasar tradisional di Ambon karena tergiur oleh murahnya durian. Kebetulan di Ambon sedang musim durian sehingga durian cukup murah, mulai dari 10K, saya sudah bisa membawa pulang satu durian utuh berukuran sedang. Puas menikmati suasana malam di Ambon Manise, kami pulang ke guest house dengan perut kenyang.

 

 


Cost Day 1 Jakarta-Ambon


Damri ke Bandara : 40K

Rujak Natsepa : 12K/porsi

Makan siang di Beta Ruma : 50K/pax

Guest house : 100K/pax

Ngopi malam di Sibu-Sibu : 30K/pax

Durian : 10K/pax

Oleh-Oleh : 150K/pax

Gong Perdamaian entrance fee : 5K/pax

 

Total cost : 397K/pax

 

 

Wednesday, May 13, 2015

Ristorante da Valentino Jakarta

Bagi para penggemar masakan italia tentunya pasti pernah mendengar tentang Ristorante da Valentino. Restoran fine dining asal Singapore ini kini membuka outlet pertamanya di Jakarta, tepatnya di MD Building, Kuningan sejak awal tahun 2015 yang lalu. 






Masih mengusung konsep yang sama yakni fine dining, Ristorante da Valentino menyuguhkan hidangan otentik Italia dengan nuansa bersantap klasik dan tatanan interior yang bergaya vintage & sedikit rustic. Restorannya terbagi menjadi dua yaitu lounge dan dining area yang memiliki beberapa private room.







I love the interior. Classy, elegant ambiance and not too dark. I can even picture myself having a romantic dinner here with Chris Evans. :p
 
 
Siang itu saya beruntung bisa bertemu Chef Valentino yang kebetulan berada di Jakarta. Dari sedikit obrolan kami, saya jadi tahu  bahwa rupanya menu Ristorante da Valentino ini didominasi oleh resep Italia otentik dari keluarga sang chef. Jika sedang ada di tempat, sang chef tidak segan untuk memasak menu yang diminta oleh pengunjung, meskipun masakan tersebut tidak tercantum di buku menu.
 
Freshly baked bread!



Burrata Cheese with Cherry Tomatoes and Salad (395K)


Menu best seller ini merupakan salah satu andalan dari valentine. Keju burrata disajikan dengan salad dan cherry tomatoes ini memang lezat. Rasanya soft dan creamy namun tetap light. Penambahan tomat, olive oil dan balsamic vinegar berbentuk caviar menambahkan hint rasa asam yang segar pada hidangan ini.
 

Insalata di Bormio (235K)
Traditional Salad from town of Bormio, North of Italy


Hidangan ini merupakan vegetarian salad yang terbuat dari apel, marinated onion, olives, nuts dan ricotta cheese. Perpaduan unik ini menciptakan salad yang kaya rasa dan tekstur. Kombinasi rasa renyah sayuran & apel, gurihnya kacang serta creaminess dari ricotta cheese ini patut dicoba untuk para pecinta sayuran.
 

Calamari Fritti (140K)
Deep fried Squid served with Spicy Tomato Sauce


Renyahnya cumi berbalut tepung ini diimbangi oleh rasa gurih daricumi dan pedas dari sausnya. Tekstur cuminya pun cukup baik, tidak alot dan susah dikunyah.


Fettucine al Granchio (295K)
Signature suid ink fettucine with Crabmeat in creamy tomato sauce


Another signature dish from Ristorante da Valentino. Pasta dengan campuran tinta cumi ini dipadukan dengan potongan daging kepiting dalam creamy tomato sauce. Tampilannya memang tidak cantik tapi rasanya boleh diacungi jempol. Saus creamy tomatonya lezat dengan rasa asam dan creamy yang seimbang, topping kepitingnya juga generous. Recommended!
 

Penne con Ragu D’Anatra (285K)
Penne tossed and coated with a rich minced duck sauce perfurmed with Orange


Salah satu varian pasta lainnya dari Valentino ini terbuat dari paduan penne dengan suwiran halus daging bebek dalam balutan saus spesial. Penambahan sedikit orange digunakan memberi sentuhan rasa segar. Sayangnya menurut saya suwiran bebeknya agak kering dan rasa sausnya agak mendominasi, jadi rasa bebeknya sendiri justru jadi hilang.


Gnocchi agli Spinach (220K)
Potato dumplings with chopped Spinach and Cream
 
Freshly made gnocchi yang dipadukan dengan bayam sehingga berwarna hijau terang ini sangat cocok dipasangkan dengan saus krim yang gurih. Hanya saja bagi saya, tekstur gnocchi terlalu lembek. 
Menurut sang chef, pendapat orang yang berbeda-beda mengenai gnocchinya ini bukan hal baru. Ia menyarankan untuk be more specific dengan menyebutkan tingkat kematangan gnocchi yang diinginkan pada saat memesan.
 
Ravioli con Funghi



Maaf saya lupa harga dan nama tepatnya, untuk pasta ini terdiri dari ravioli berisi cincangan jamur dan saus krim sebagai padanannya. Komposisi sausnya pas, pastanya al dente dan isiannya cukup tasty. Texture & flavourwise, it was good.


Carnivoro Pizza (225K) – Non Halal
Chicken Ham, Sausage, bacon and Rosette Salami
 
 

 

Selezione de Bistecche (price by request)
Valentino’s selection of premium beef cuts



Menu ini menyediakan pilihan daging berkualitas premium yang tidak sama setiap harinya. Untuk itu, harga dan jenis yang ditawarkan pun berbeda-beda, tergantung dari daging yang dipilih. Potongan grilled beef ini memang lezat. Ketika dihidangkan saja aroma smokey yang harum langsung menguar. Dagingnya dimasak dengan kematangan tepat, juicy dan empuk!


Seabass with Olive Oil


Menu ini tidak tertulis di buku menu alias seasonal. Seabass dimasak dalam rendaman olive oil beserta buahnya dan juga tomat cherry. Ikannya harum dan juga lembut, sedikit rasa asam dari olive dan tomat terasa meresap hingga ke bagian dalam daging. Looove it!
 
 
Chantilly Cake (80K)


Untuk dessert, Valentino memiliki beberapa andalan diantaranya adalah Chantilly Cake. Simple cake dengan olesan vanilla buttercream ini melebihi ekspektasi saya, ternyata rasanya cukup enak. Perbandingan antara cake dan creamnya cukup seimbang, creamnya sendiri tidak terlalu manis dengan tambahan coklat chip untuk menambah rasa.
 
Pistachio Panna Cotta


Dessert ini merupakan favorit saya dari Ristorante da Valentino. Panna Cotta yang biasanya hanya terasa creamy dan manis saja kali ini di-twist dengan campuran pistachio di adonannya sehingga menciptakan panna cotta yang kaya rasa dengan aroma khas pistachio yang harum. One bite, and I just can’t stop until the last bite.
 

Tiramisu (95K)


Tiramisu yang disajikan di dalam gelas cocktail berkaki tinggi ini rasanya sangat light. Campuran keju mascarpone, lady finger, liquor dan kopi ini sebenarnya sudah cukup enak, but since I like a strong flavor of tiramisu, I wish I had more coffee kick on this dessert.
 


 
Selain menu ala carte, Ristorante da Valentino juga menyediakan Lunch Set Menu yang cukup variatif (termasuk untuk para vegetarian) yang patut untuk dicoba. Overall, Ristorante da Valentino berhasil menggabungkan konsep fine dining dengan suasana semi casual yang santai dan juga kelezatan hidangan Italia yang otentik di Jakarta.
 
 
Ristorante Da Valentino
Instagram
MD Place Tower 1, 11st floor
Jl. Setiabudi Selatan No. 7 Jakarta
(021) 29057888